16 Januari, 2009

Pak Ketua yang Ramah

Gak begitu lama setelah Pak Muhidin datang, Pak Nanang-KetuaPHD, juga datang. Pak Nanang tinggi besar, sosok yang kelihatan smart dan kalem. Mantan Calon Gubernur NTB dari PAN dan Demokrat ini, dengan ramah dan bersahabat menyalami kami semua (Pak Muhidin, saya, mBak Watiek/Bendahara PHD-Staf Proyek UNFPA, mBak Hid/Koordinator Proyek UNFPA Lotim, mBak Yeyen/Koordinator GCAC dan Dr. Ratna/dokter pelaksana klinik.

Ngobrolah kita semua yang ringan-ringan, sampai dengan soal pemilihan Gubernur NTB. Bagaimana suka duka Pak Nanang saat maju sebagai Cagub, yang menurut beliau "habis-habisan" juga. Ternyata, menurut Pak Nanang, yang paling sukses dalam proses Pilkada dalam semua level adalah Tim Sukses. Karena mereka gak kehilangan apa-apa pun.

Setelah ngobrol ngalor-ngidul tadi, secara resmi jadilah saya diantarkan Pak Muhidin menjadi Pjs. Dirpelda NTB selama 3 bulan kedepan (demikianlah bunyi surat Dirpelpu kepada saya). Pak Nanang menyatakan, walau tidak pake resmi-resmian serah terima segala, menerima kedatangan saya. Alhamdulillah (kata hati saya).

Pak Ketua yang ramah ini, kemudian cerita tentang kondisi PKBI NTB, terutama berkaitan dengan proyek GCAC. Beliau menyampaikan bahwa tidak ingin "membikin malu" PKBI Pusat yang telah menerima proyek ini dari IPPF. Cuma, menurut Pak Nanang, PKBI NTB masih trauma dengan label yang pernah diterima oleh PKBI NTB sebagi klinik IH. Rehalibitasi kondisi ini, takut jika kemudian GCAC fokus pada pelayanan IH. Informasi yang beliau terima, katanya kok seperti itu. Pelayanan konseling dan rujukan, kata Pak Nanang, menurut informasi dari Pusat, tidak dapat dijadikan indikator keberhasilan proyek.

Saya coba menjelaskan, bahwa PKBI mengupayakan kliniknya berjalan sesuai dengan standar yang baik. Ada proyek Quality of Care dan sekarang GCAC, pada intinya agar PKBI dapat memenuhi Hak-Hak Klien. Oleh karena itu, kebutuhan Providernya juga dilengkapi. Pelatihan dokter, pelatihan konselor, pelatihan penjangkuan, pelatihan entry data, semua untuk kualitas pelayanan. Selain itu kelengkapan KIE (bahan dan bahkan mobil) juga diberikan. Demikian juga dengan kelengkapan pelayanan medis: autoclave, baju operasi, obat, alat kontrasepsi dsb. IH sebetulnya hanyalah ujung dari kelengkapan/konprehensif WKBT. Didalam proyek GCAC intinya adalah, ketika seorang perempuan dengan kasus KTD dia mendapatkan tempat untuk dituju. Oleh karena itu WKBT memberikan koseling dan membangun rujukan, tidak hanya dalam terminasi, namun juga punya tempat rujukan untuk meneruskan kehamilannya. Oleh karena itu didalam GCAC dibangun komunikasi dengan stake holder, semuanya ada pertemuan rutin. Setelah informasi agak panjang ini, Pak Nanang kemudian meminta mBak Yeyen, Koordinator GCAC membuat ringkasan proyek sekaligus profile klien yang dilayani selama ini. Dengan dasar inilah, apabila beliau dapat teryakinkan, beliau akan dengan semangat meyakinkan PHD yang lain.

Pertemuan siang dan sore itu ditutup, dengan harapan dari Pak Nanang bisa melihat kelapangan proyek UNFPA yang ada di Lobar (Lombok Barat) maupun di Lotim (Lombok Timur). mBak Hid dan mBak Watiek menyapakati hari Sabtu tanggal 10 ke Lotim.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar